GUDANG CERITA-Saya pernah ajak seorang ke Jawa timur. Dia orang Jakarta. Lahir dan besar di ibukota. Karena pagi itu kami belum sempat sarapan, maka setibanya kami di Kota Malang langsung cari sarapan.
Kami putuskan makan pecel Kawi, adanya di jalan Kawi, Malang Kota. Kawan ini rupanya penasaran sama yang namanya Pecel. Karena seumur-umur belum pernah ke Jawa Timur. Dia penasaran terhadap cita rasa pecel Jatim. Pasalnya dia pernah 'ngeyel' kalau pecel itu terlalu manis untuk dilupakan. Hushhhh, itu judul lagu, ngaco!
Maksudnya nurut dia, Pecel tuh Dominan rasa manisnya.
" Coba agak asin, manisnya dikurangi, pasti lebih sip!" Ucapnya waktu itu.
" Tapi kalau di Malang nggak semanis itu kok."
" Mana ada pecel nggak manis. Aku pernah lihat ibu itu bikin pecel, gula merahnya banyak banget!" Dia nggak mau ngalah.
" Iya, karena mbak itu orang Jawa Tengah, jadi makanannya dominan manis. Kalau di Jawa Timur nggak segitunya, " Saya kasih alasan.
" Oke, kita buktikan nanti!"
Nah, pagi itu kami makan di warung Pecel Kawi. Pecel kawi adalah pecel sayur biasa dengan Bumbu Kacang, dan berbagai lauk. Ada telur dadar, tempe, ayam, bakwan dan banyak lagi.
Penyajiannya ya pecel plus nasi, nah, lauknya bisa kita custom, sesuai permintaan.
Jadi kalau kita ngomong pecel, ya pecel dan rempeyek doang sebagai standar-nya. Lainnya opsional...
Lalu teman saya comot Telur dadar dan Tempe.
Lidah dia bergoyang riang.
Sambil makan, saya perhatikan dia. Ngeliat reaksi dia.
" Wow...!" Hanya itu yang terucap. Selanjutnya dia memasukkan lagi suapan demi suapan.
" Gimana?" Saya menyeringai penuh kemenangan!
" Yiech bener! Ini yang saya maksud, ini yang saya cari. Manis dan gurihnya pas. Mantap!" Dia puas.
Pas kami bayar...
" Tadi ikannya pakai apa mas?" Kata pelayan.
" Kami nggak pakai ikan," Sela sobat saya.
Pelayan bingung dan ganti memandang saya.
" Saya tempe, kerupuk, dan telur. Nah, tanya aja dia, apa yang dimakan," Sengaja saya kerjain kedua orang ini.
" Ikannya apa mas?" Pelayan mengulangi pertanyaanya.
" Si mas ini gimana, saya nggak pakai Ikan! Saya Cuma ambil Telur dadar dan Tempe!" Temen saya yang agak darah tinggi ini hampir naik pitam.
" Nah, itu pakai ikan.." Pelayan nggak mau berdebat dan segera menyodorkan tagihan ke saya, karena mungkin saya dianggap lebih waras.
Sepergi dari warung, teman tadi menggerutu," Gimana ceritanya, telur dibilang ikan, tempe disebut ikan. Kalau ayam disebut apa bro?"
" Ayam kalau masih hidup disebut Pithik. Kalau sudah digoreng dan kamu makan bareng Nasi, berubah jadi ikan, " Jelas saya.
" huahuahuahua!" Dia terpingkal-pingkal.
Emang, di Malang, Lauk disebut sebagai Iwak. Nah, Iwak itu bahasa Jawa. Kalau di Translate kedalam bahasa Indonesia Ikan kan?
Masalah jadi makin runyam ketika ada yang bilang " Lawuh Iwak opo?"
Lauk Ikan apa?
Udah pakai kalimat 'Lawuh', Pakai 'Iwak lagi'.
Untung bahasa Nasional kita bahasa Indonesia. Coba kalau bahasa Nasional kita bahasa Inggris, gimana jadinya ya?