Ketupat, Kupat, Ngaku Lepat....Mengakui Kesalahan

Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia tenggara. Ketupat adalah 'saudara sepupu' daripada Lontong. Karena sama-sama berbahan beras yang dibungkus lalu direbus. 

Bedanya, kalau Lontong dibungkus daun pisang, maka Ketupat dibungkus daun Kelapa (janur)yang dianyam sedemikian rupa sehingga berbentuk jajaran genjang.   

Ketupat didaerah tertentu hanya disajikan pada momen tertentu. Kalau di daerah saya, di Kediri-Jawa Timur, disajikan pada Tujuh Hari setelah Lebaran. Sedangkan di Jakarta, sepanjang Lebaran dari hari pertama sampai hati terakhir selalu ada Ketupat. Tapi pada hari pertama itulah seru-serunya makan Ketupat.  

Ketupat disajikan dengan Opor Ayam atau Gulai daging, ditambah Lodeh. 

Dilihat cara penyajiannya, mengingatkan kita pada Lontong Cap Go Meh.  

Baca juga : Resep Rendang daging

SEJARAH 

Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda. 

Di negara lain selain Indonesia, tak ada penyajian Ketupat di hari raya Idul Fitri. 

Di Indonesia, tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan. 

Akhir kata, pada hari yang Fitri ini, marilah kita pupuk rasa kebangsaan. Kita hilangkan rasa intoleran. Kita bina persaudaraan antar umat beragama, demi terciptanya persatuan dan kesatuan NKRI. Saya sebagai Admin Gudang Cerita mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.