Hanya tulisan Retjeh...

Kita Bukan Bangsa Tempe!

Tempe




Ilustrasi : Potongan Tempe


-29052017-
Ada inbox dari teman tentang tulisan saia yang salah satu paragrafnya menyebut mental Tempe dan mental Burger. " Mas, kenapa dengan orang yang bermental tempe? Bukannya tempe makanan sehat? Jadi orang yang bermental Tempe artinya orang yang mentalnya sehat dong. Sedangkan Burger, bukannya burger makanan ndak sehat? Jadi lebih pas orang yang payah itu orang yang bermental burger, karena Burger makanan ndak sehat, junk food! Jadi orang payah itu ya mental junk food, orang ndak sehat secara mental, orang yang harus di-persona non grata-kan, karena kawatir menular ke yang lain...." Jabar-nya panjang lebar.

Jujur saja, ini pertanyaan sangat cerdas, paling cerdas dari sekian puluh pertanyaan yang pernah ada. Saya sendiri juga tak tahu kenapa orang yang payah disebut mental Tempe. Saya asal tulis dan menyitir pernyataan Bung Karno pada pidato HUT kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1963. Bunyinya antara lain gini, " ....Kita bangsa yang besar, bukan bangsa Tempe...." Selanjutnya sejak saat itu lah mungkin orang yang payah disebut mental Tempe.

Nah, kenapa rupanya dengan Tempe. Lha wong makanan Sehat. Kalau menurut saya secara pribadi, bukan masalah sehat atau tidaknya tempe sehingga dibuat perumpamaan untuk olok-olok orang yang payah.

Tapi karena sifat kimiawi Tempe yang mudah berubah. Berawal dari Kedelai, melalui proses peragian, lalu tumbuhlah jamur yang menyatukan antara satu kedelai dengan kedelai lain dan sejak itulah Kedelai berubah nama menjadi Tempe.

Tapi mungkin hanya sehari dua hari aja. Karena sehabis itu tempe akan rusak.

Hhmmm....kalau di desa saya di pelosok Kediri sana, sampai fase ini tempe yang rusak ini justru memberi manfaat baru. Dimasak menjadi sambel tumpang. Entah apa saja bumbunya, tapi sambel tumpang ini menjadi pendamping nasi pecel untuk hidangan sarapan pagi hari hingga pecel yang tadinya gitu-gitu aja akan menjadi lebih sedap.

Kehadiran sambel tumpang seolah menjadi menu wajib masyarakat Kediri supaya pecel lebih sedap. Dan takdir Sambel Tumpang pun untuk menemani nasi Pecel.

Tak seperti Luna Maya yang tak ditakdirkan untuk menemani hidup daripada saia...hehhehehe Nah, nasib Tempe yang awalnya Kedelai akan berakhir disitu.

Begitu cepat perubahan itu. Kedelai, tempe, tempe bosok (bahasa Kediri), lalu sambel tumpang, selesai!

Lalu bangsa Tempe itu bangsa yang bagaimana? Saya masih belum tahu!

Lalu?

Saya akan tanya Bapak Presiden dan Kapolri, kenapa orang payah disini disebut mental Tempe. Kalau nurut saya sih Sontoloyo lebih pas untuk orang payah kayak gitu!

Jakarta, jelang fajar
Label:

Post a Comment

[blogger]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget