Elegi Buat Tommy
Siang hari nan terik di sebuah bengkel di sudut kota . Tommy duduk di salah satu sudutnya, istirahat siang dengan makan makanan jatah pekerja bengkel. Lahap sekali Tommy makan. Perutnya memang sudah sejak tadi keroncongan. Maka lalapan tempe plus dadar telor dan kuah sop itu dengan cepat masuk ke mulutnya. Tak ketinggalan sambal bajak dan ikan asin, sedaaaap!
Dalam benak tommy berfikir, " makan gini aja udah enak, ngapain ya orang pada sibuk korupsi? "
Belum tau dia! Kan hidup kecukupan nggak kalah enaknya dengan santapan yang di makan siang itu.
" Ternyata kebutuhan manusia cuma ini, sepiring nasi, seteguk air, dan segumpal asap rokok, " Ucap Tommy selesai makan kepada seorang rekan kerjanya.
" Kalo kebutuhan Cuma itu, ngapain kamu capek-capek kuliah juga, ngapain kamu mati-matian ikutan balapan liar? " Sanggah temannya.
" Kalo balapan mah hobby, " Jawab Tommy enteng.
" Nah, berarti hidup juga perlu kesenangan lain kan , salah satunya hobby itu. Terus, apa kamu gak pengin juga nyenegin hati pacar kamu ? Apa kamu tega terus-terusan ngajak pacar kamu berhujan-hujan ria naik roda dua, Hah? Hahaha..."
Tommy jadi berfikir. Bener juga ya. Dia punya laura. Nggak perlu di sanggah lagi, Laura dari keluarga berada, serba berkecukupan. Tidak seperti dirinya yang kere. Memang sih, Laura nggak mempermasalahkan keberadaan Tomy, nggak pernah menyinggung kekereannya (udah kehabisan kata untuk menjelaskan). Tapi mau nggak mau aturan hidup tetap aja membuat satu perbedaan. Ada kaya ada miskin, biasanya si miskin lalu di marginalkan, di buatkan satu sekat sosial, dimana dia tidak bisa sembarangan bertindak. Sedangkan si kaya mungkin akan banyak mendapat kebebasan dalam bertindak. Si kaya bisa apa saja dengan uangnya, bahkan membeli hukum sekalipun. Si kaya juga bisa membelanjakan uangnya di supermall megah dengan bebas tanpa perlu terbeban memikirkan beban belanja harian, karena bunga depositonya sudah lebih dari cukup di pakai hidup.cash abis?gampang,ka nada kartu kredit! Sedangkan si miskin? Boro-boro membeli hukum ato belanja di supermall, untuk makan aja sulit. Tommy berkhayal. Seandainya dia bisa hidup di negara maju di daratan eropa, atau di amerika, atau dimana kek, yang bisa menghargai skill seseorang, tentu akan lain nasibnya. Dia ciamik mengorek mesin. Dia handal memainkan roda kemudi di lintasan balap. Kalau di indonesia mentok-mentoknya Cuma jawara balapan liar, karena terbentur modal. Dan itulah yang selama ini dilakukan Tommy, Dia rela melewatkan malam minggunya sampai larut untuk sekedar menjadi joki balapan liar.
Satu perbuatan yang teramat nekat dan penuh resiko, tapi mo gimana lagi? Sedangkan dia harus membiayai kuliahnya. Membiayai sekolah adiknya yang masih SMU.Belum lagi modal buat pacaran. Dari mana uang segitu. Untuk minta orang tuanya udah nggak mungkin lagi. Bapaknya yang pensiunan pegawai negeri itu sudah meninggal. Uang pensiunnya hanya cukup untuk membiayai hidup ibu dan adiknya.
Kadang Tommy berfikir, kenapa dia tidak lahir dari seorang nyonya kaya yang nasibnya ada dalam serba kepastian. Tapi toh dia tidak bisa memilih. Dia hanya bisa memilih jalan hidup bagaimana yang harus di lalui. Itu pasti! Tommy sudah tau, dan akan manjalaninya dengan tegar, apapun resikonya, termasuk nyawa. Dia harus bisa membahagiakan orang tuanya, membiayai adiknya
Kabarnya, bapak Tommy dulu juga jago balap. Itu terjadi waktu Tommy masih kecil. Sebelum Bapaknya mendaftar sebagai pegawai negeri. Apa memang garis nasib atau bagaimana, bapak Tommy juga pekerja bengkel. Bahkan korekan mesin bapak tommy sampai terdengar di negeri jiran. Hanya saja, kakek nenek tommy akan lebih bangga kalau anaknya bisa menjadi pegawai negeri. Kata orang tua jaman dulu, pegawai negeri itu jaminan masa depan, juga derajat. Kenyataanya? Gombal!
Tommy meringis mengenang almarhum bapaknya. Masih terbayang jelas, waktu tommy balita, bapaknya sering membawanya keliling kota dengan Holden Commodore. Deru mesinnnya sering kali terngiang di telinga Tommy sampai sekarang, " Ayo jagoanku, kamu duduk di belakang stir, di pangkuan bapak, " Ucapan itu kembali terdengar di telinga Tommy. Isyarat dari bapaknya, kalo suatu saat Tommy harus jadi pembalap handal, bagaimanapun caranya.
And he got it!
Tapi walau udah jadi pembalap, masih saja kemiskinan menjadi symbol dari diri tommy. Kata kasarnya mungkin dinasti kere!
Seminggu lalu dia abis berantem dengan laura. Berantem hebat. Gara-garanya Tommy nggak mau diajak pergi laura ke pesta salah seorang saudara Laura. Bukannya apa sih, mo ditaruh mana mukanya kalo dia harus berhadapan dengan mereka-mereka itu. Bagaimana tanggapan mereka kalau melihat si gembel tommy masuk menggandeng Laura, turun dari mobil laura.
Dengan alasan itu tommy menolak keras ajakan Laura. Bahkan Tommy menyarankan supaya Laura mengajak cowok lain menghadiri pesta, dan dia akan pergi bersama temannya menyabung nyawa di lintasan malam. Balapan liar sebagai joki. Kebetulan, ada seorang yang menawarkan tommy untuk balapan diatas BMW 323 ala DTM milik anak seorang pejabat yang turun ikut taruhan dengan sebuah Merc C-Class. Satu kesempatan yang langka. Kabarnya mobil itu sudah di set oleh seorang mekanik yang sempat menyenyam pendidikan di negeri Arya . Mulai timing pengapian, hingga kontroler NOS–Nitrouse Oxyed –nya. Di arena ini memang sah-sah saja menggunakan nitrouse oxyed. Musuh kali ini betul musuh yang sebenarnya. Keadaan betul-betul seimbang. C-class dengan Compresor, diadu dengan si Bavarian dengan NOS. Di pasar otomotif pun mereka bersaing dari segi penjualan. Lengkap deh.
Singkat kata, Laura dan Tommy bertengkar hebat gara-gara itu. Abis berantem, tommy nyesel. Karena telah mengecewakan Laura. Untung saja kesedihannya segera terobati dengan kemenangan di balap liar itu. Dia patut angkat topi dengan setingan mobil itu. Bener-bener pas. Tenaga terasa merata di setiap putaran mesin, nggak ada gejala ngempos. Dari putaran bawah sampai puncak putaran, terasa mantap! Suatu saat dia pengin ngobrol dengan mekanik yang nge-set mobil Bavaria itu. Niatnya ingin sekedar tukar pengalaman tentang korekan mesin ala DTM itu. Dan sedikit masalahnya dengan laura, itu saja.
Tapi siang itu...
Seorang pemuda berkulit putih kecoklatan–terbakar sinar matahari– tampak turun dari sebuah Wrangler. Rambutnya disisir rapi, tampang-nya sedikit macho. Memakai jeans belel dengan kaus lengan panjang hitam. Pemuda itu berusia kira-kira dua enaman, sedikit lebih tua dari tommy yang berusia dua empat. Matanya yang agak sipit seperti mencari seseorang.
Seorang teman mekanik menghampiri, " Hmm...maaf mas, ada yang bisa kami bantu? "
" Iya, mo general check up mesin mobil saya. " Suara pemuda itu berat, tampak tegas. Pandangan matanya tajam dibalik kacamata minusnya.
Pas mobilnya dikerjakan, pemuda itu mengedarkan pandang kesegala penjuru bengkel. Matanya melihat-lihat mobil-mobil yang ada di bengkel. Maklum, mobil-mobil itu amat menarik perhatian penggemar otomotif. Semua for competition only! Ada Lancer Evo VI versi WRC. Ada honda accord versi balap touring, dan sebuah mersedez C-class ala DTM. Rupanya ini yang membuat pandangan pemuda itu berhenti pada satu titik. Lama dia mengamati. Bahkan kepalanya melongok kap mesin yang terbuka.
" Ini pesanan orang mas, pengin diubah total, dari penampilan hingga kemampuannya, pengin seperti DTM betulan. " Jelas tommy tanpa diminta.
" Oh, gitu ya..Anda teknisi disini ya? " Pemuda itu ternyata ramah dan murah senyum.
" I..iya mas, kalo mas? "
" Ah, saya hanya penyuka auto car aja. Sekali waktu aja saya set mobil. Untuk keperluan teman-teman yang suka balap. "
" O iya? menarik sekali! "
" Yah..daripada nganggur, sebagai penulis naskah dan programer kontrakan saya banyak waktu luang, mau apa lagi. Banyak nganggur, banyak godaan setan. Hahahah"
" Lha orang sekeren mas ini kan pasti punya pacar.." Tommy cengengesan.
" Ah, dia udah pergi. Aku males ngomongin wanita, " Wajah pemuda yang ternyata bernama Allan itu berubah agak murung. Pandangan matanya menerawang jauh, " merokok? "
Allan menyodorkan rokok, tommy mengambil sebatang dan menghisap. Mereka seperti teman lama yang duduk bersandingan.
" Kalo saya seperti mas, saya akan sangat senang, dan akan membuat senang orang yang saya kasihi. " Tommy ikut-ikutan murung. Kesedihan akan nasibnya terkuak lagi.
" Kamu punya kisah menarik tentang orang yang kamu sayangi rupanya? " Allan menoleh ke tommy. Tommy mengangguk.
" Tapi diantara kami ada perbedaan mas. Seperti dua sisi magnet yang berlawanan. Dia kaya, saya miskin, dia mapan, saya nggak karuan. "
" Apa kamu menganggap itu sebagai halangan untuk mengasihi dia? " Allan bertanya.
" Bukan begitu mas, kami bisa saling menyayangi satu sama lain, tanpa prasangka apapun. Masalahnya, kadang perbedaan itu memang bener-bener muncul, dan membuat pertengkaran diantara kami, " Jelas Tommy, Allan mengangguk-angguk mengerti.
" Boleh saya tau contoh perbedaan yang membuat kalian bertengkar? Maaf, tapi dengan kamu cerita, paling tidak beban kamu akan berkurang, "
Tommy lalu menjelaskan kejadian seminggu lalu itu. Allan menyimpan senyumnya. Tommy gak tau, kalo mobil yang di pake Tommy waktu balapan itu adalah hasil setingan Allan.
" Kamu pembalap juga rupanya? "
" Begitulah mas. Dulunya sih Cuma hobby, tapi lama-lama bisa menghasilkan duit. Kenapa tidak? "
" Biasalah, hobby seringkali bisa menghidupi kita. Anyway, tentang cewek kamu itu, dia sekampus dengan kamu? "
" Nggak mas, dia udah lulus diploma akuntansi dari Wollongong University , ostrali. Kami bertemu pas waktu itu mobilnya mogok.Lalu saya betulin " Ucap Tommy bangga.
" Heroik sekali kisahmu, " Puji Allan. " Jadi masalahnya hanya perbedaan gaya hidup saja. " Lanjut Allan menyimpulkan. Allan berani berkata begitu karena dia pernah juga mengalaminya, pacaran dengan satu anak staff diplomat Jepang waktu tinggal di Jerman. Jadi, bukan hanya jumlah harta yang kita miliki yang membuat gaya hidup kita beda, tapi juga ruang lingkup tempat kita berada dan di besarkan. Allan berfikir, harta tidak bisa dijadikan satu tolok ukur yang absolut untuk sebuah perbedaan. Ketika hal itu di sampaikan, Tommy manggut-manggut. Sejenak tommy teringat pada mobil balapnya minggu lalu, " jadi mas ini lulusan jerman? " Agak takjub tommy bertanya. Sayang, pembicaraan harus terhenti, karena mobil Allan selesai digarap.
" Saya cabut dulu ya..see ya in the nite track.." Tommy seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi Allan keburu menghilang.
" See ya in the track? Berarti, dia suka balap juga, dan..ya ampunn..bukankah itu yang di ceritakan Eddy, mekanik dari jerman yang setting mobil waktu itu.." oii..mas Allannnn! " Tommy seperti hendak mengejar, tapi Allan sudah menghilang. Teman-teman Tommy pada bengong.
Seminggu kemudian. Tommy tampak duduk berhadapan dengan Laura. Hari ini Laura ulang tahun. Tommy memberinya kado yang dibungkus dengan kertas warna pink yang dihiasi dengan motif roda balap. Dasar pembalap!
" Apa isinya Tom? " Laura senang.
" Buka saja. "
Laura membuka dan takjub. Sebuah replika William Renault tunggangan mendiang Ayrton Senna. Pembalap F1 asal brazil yang meninggal tahun sembilan empat di sirkuit San Marino , Italia. Hah? ! Girang sekali Laura menerima. Itu replika langka.
" Aku minta dikirim teman chatingku yang ada di Brazil . Aku bayar pake hasil balapku pas abis kita berantem itu. Lumayan lah, itu didapat dari yayasan komersil yang di kelola Senna found., sebuah yayasan Senna, untuk anak-anak terlantar di brazil . Jadi, sembari aku nyumbang mereka, aku nyenengin kamu, iya kan sayang? " Ucap Tommy mesra sambil merengkuh pundak Laura.
" Aduuhh..aku senang sekali Say...aku bangga deh punya pacar kayak kamu, " Laura manja memandang Tommy, Tommy memberanikan diri mengecup bibir Laura, untuk pertama kalinya sejak mereka pacaran dalam setahun. Untuk sesaat, segala perbedaan hilang disatukan oleh sebuah cinta dua anak manusia.
Jarum jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam.Waktunya pulang. Tommy pamit pada Laura. Tidak seperti biasanya, kali ini ada yang rada istimewa. Ada acara kiss good bye segala. Sejak ciuman pertama tadi Tommy jadi lebih bernyali. Pas ngantar, Laura menyempatkan diri tanya, " Mobil siapa lagi Tom? "
" Mobil pasien, " Tommy cengengesan. Seringkali pelanggan bengkel mempercayakan mobilnya untuk dibawa Tommy. Terutama pelanggan yang sudah mengenal tommy dengan baik di balapan liar.
Tapi sebetulnya Honda civic itu bukan mobil pelanggan biasa. Itu mobil petaruh. Malam itu Tommy akan menjadi joki untuk mobil berteknologi VTEC itu. Laura sih percaya aja.
Singkat kata, Tommy sampai di trek liar pas jam sepuluh seperempat. Ada yang lain kali ini. Tommy melihat sebuah Wrangler biru ala NYPD. Lengkap dengan simbol kepolisisan New York itu. Seseorang bersandar di moncong mobil sambil berbincang-bincang dengan Leo. Oho. ..mas Allan kenal Leo juga, pikir tommy.
Sesampainya di depan mereka, Tommy langsung sok akrab. Belagak menjadi seorang bintara ketemu perwira, " Malam komandan! Apa trek sudah di bersihkan..hehehheh"
" hallo Tom, lawannya apa nih? " Allan tanpa basa-basi.
" Kalo gak salah sih Lantis-nya Eric mas. O iya, kok mas waktu itu gak cerita kalo mas yang setting BMW waktu itu. "
" Hahahah..buat apa, toh akhirnya kamu bisa menyimpulkan kan ? "
" Senang banget bisa kenalan ama mas. Mungkin kita bisa kerjasama membentuk team, dan duo kita akan menjadi yang terhebat di kota ini! " Ungkap Tommy berapi-api.
" Hahahah...bisa saja kamu. Tapi ide kamu bisa dipertimbangkan. Nanti aku akan ganti mobilku dengan tipe sedan touring. "
" Bener nih? !" Tommy senang.
" Tunggu dapat nomor buntut dulu..."
" Yahhh.."
Sebuah lantis berhenti tepat disisi mereka. Orang-orang yang pada nunggu balapan udah nggak sabar lagi, " Ayo, keburu ayam jantan berkokok nih! " Teriak salah seorang dari mereka.
Eric memberi isyarat pada Tommy, tommy mengerti. Keduanya membuka pintu mobil masing-masing.
And start the engine!
Raungan dari mufller menggema! Sedetik kemudian terdegar decit roda spin. Asap putih mengepul dari bundaran hitam yang terbakar bergesekan dengan aspal. Selanjutnya dua jagoan itu melesat. Sampai pada detik kelima keduanya sejajar. Selebihnya Lantis Eric A head!
Tommy berusaha menyusul. Transmisi otomatis membuat Tommy sedikit kedodoran. Tapi sebagai pembalap Tommy bisa menyiasati kelemahan transimi otomatis yang relatif lamban berakselerasi. Kakinya segera melakukan aksi kick down!
Civic itu melesat. Moncongnya satu meter menungguli mobil Eric. Tommy berada di sisi luar, suatu keadaan yang kurang menguntungkan. Tommy berinisiatif masuk ke tikungan lebih dulu. Naas, Eric yang lebih dulu masuk tikungan menghajar sisi kanan mobil Tommy. Pas dipintu, yang didisisi dalamnya ada Tommy duduk. Mobil itu mental, mobil Eric yang kehilangan kendali menghajar sekali lagi. Kali ini kena bagian belakang. Tepat di tutup tanki bahan bakar. Terlihat percikan api. Sekejab saja api itu menyambar bensis super TT yang ada di dalamnya.
Blarrr!
Mobil Tommy meledak. Mobil Eric yang berada di dekatnya ikut tersambar.
Malam jadi hiruk pikuk. Terdengar teriakan panik dari mobil yang sedang bertabrakan. Penonton berhamburan. Ada yang menolong, ada pula yang semburat, kawatir berurusan dengan polisi. Karena sebagai penonton pun, tak luput dari sangsi hukum.
Tidak begitu dengan Allan. Dia berlari menuju tikungan maut itu. Melepas baju, dan berusaha memadamkan api sekuat tenaga.
" Somebody help me! " Seru Allan panik. Tapi hanya beberapa orang saja yang mau menolongnya. Tommy terlempar keluar dari mobil, berada sisi boulevard. Sedangkan Eric tidak lebih beruntung. Badannya yang terikat sabuk pengaman terkurung api. Allan berlari ke arah Tommy. Darah segar keluar dari hidung dan mulutnya.
Mulut Tommy tampak bergerak-gerak, " Tom! Tommy, kamu bertahan, saya akan panggil ambulan! "
" Ti..tidak mas Allan. .." Tangan Tommy menahan Allan. Memegang lengan Allan.
" Mas, tolong sampaikan pada Laura, saya sangat mencintainya. Katakan, sudah lama saya menantikan saat-saat seperti ini, mati untuk..tuk..nya! " Kepala Tommy terkulai.
" Tommyyy! " Allan histeris.
Senja yang kelam dihari minggu. Rintik hujan masih saja belum berhenti dari siang tadi. Seolah mengiringi kepergian seorang pahlawan yang akan menghadap sang khalik. Pahlawan bagi keluarganya, bagi kekasihnya juga.
Di satu sudut makam, tampak kerumunan orang mengelilingi sebuah liang lahat, seorang pendeta membuka Alkitab dan membaca salah satu ayat dari Alkitab, " Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman (II Timotius 4:7) aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa ( Maz 23 :6c )..
Ada beberapa mata yang meneteskan air mata. Tapi ada dua orang yang tampak begitu terpukul. Seorang ibu setengah baya, ibu tommy. Berkali-kali ibu tommy pingsan. Sementara Laura histeris, tak sanggup menerima kenyataan. Allan terenyuh. Tak urung mata si badung itu berair juga. Pandangan matanya tertuju Laura. Allan mendekat.
Sementara para pelayat sudah pada ninggalin makam. Laura tetap saja belum beranjak. Allan mencoba mengibur " Saya turut bersedih Nona…" Suara Allan tergetar.
" Anda teman Tommy? " Diantara Tangisnya Laura bertanya tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara Kepalanya tidak menoleh.
" Iya…Tommy sahabat baru saya. Kami baru saja bertemu beberapa minggu lalu. Waktu Nona dan Tommy habis bertengkar. Dia cerita banyak tentang Nona. Tentang hari-hari yang telah kalian lalui. Tommy sangat menyayangi Anda nona. Teramat sangat. Bahkan, Tommy sudah tidak tahu lagi, bagaimana cara mengungkapkan. Sedangkan jalan hidup kalian berbeda, sangat beda. Hanya satu yang bisa membuktikannya. Dan itu benar-benar dibuktikan. Atas nama semua yang ada dimuka bumi, saya mau menjadi saksi ucapan Tommy itu. Menjelang nafasnya yang terakhir berhembus, Tommy bilang, cintanya akan tetap hidup untuk Anda seorang, " Laura sesenggukan. Allan berangsur ke depan Laura, memberikan seikat mawar merah merah pada laura, dan menyematkan karangan bunga di pusara Tommy. Allan memberikan penghormatan terakhir dipusara, " Selamat jalan bro, we’ll meet in another side of your life. The journey ain’t finish yet.."
Sehabis itu Laura menubruk Allan, menangis sejadi-jadinya. Allan membimbing Laura keluar area makam. Pun Allan masih sempat menoleh ke pusara Tommy, seakan nggak tega ninggalin sahabatnya.
....He drove his car to the racing grounds
He was the youngest driver there
The crowed roared as they started the race
'Round the track they drove at a deadly pace
No one knows what happened that day
How his car overturned in flames
But as they pulled him from the twisted wreck
With his dying breath, they heard him say ....
....Tell Laura I love her, tell Laura I need her
Tell Laura not to cry
My love for her will never die ...
Senandung lagu Ray Petersen mengalun dari bibir Alan yang tergetar oleh pedih