Setahun sudah Tommy pergi. Laura belum mampu melupakan
bayangan cowoknya itu. Semua hal tentang Tommy masih sering bermain-main dalam
benaknya. Tak satupun hilang dari benak cewek berambut sebahu itu.
Tak jarang air matanya mengalir begitu saja mengingat
kekasih hatinya. Bukan hanya kebaikannya. Tapi kadang sifat jelek Tommy yang
mudah minder dan ngeselin juga muncul secara tiba-tiba. Padahal Laura tak
pernah sekalipun mempermasalahkan segala kekurangan Tommy.
“ Aku gak cocok bergaul dengan kalangan ‘ the have’ La. Kamu
pergi sajalah ke pesta temenmu itu, sendirian. Aku cukup tau siapa diriku
kok..”
Ucap Tommy satu ketika, pas Laura mengajak ke Ulang tahun
temannya. Laura jengan mendengar alasan yang itu-itu aja. Tak punya baju
pesta, tak bisa mengimbangi obrolan teman-teman Laura yang ‘ Luar negeri’
melulu, atau saling membandingkan Gadget canggih yang tak terbeli oleh Tommy,
selalu itu yang jadi alasan Tommy menolak ajakan Laura untuk pergi.
Habis gimana lagi, namanya juga cinta, Laura mau tak mau
harus bisa menerima Tommy apa adanya, tanpa ada rasa malu dengan
teman-temannya. Cinta itu tulus. Tak melihat segala kekurangan. Cinta itu
tulus, tak kenal cemburu, walau kadang Tommy suka ‘nakal’, matanya kadang
jelalatan.
“ Biasa aja kale sayyy..namanya juga punya mata. Boleh dong
sekedar memandang. Mataku emang kemana-mana, toh hatiku tetap buat kamu..”
Ucap Tommy pas Laura kesal. Habis, capek-capek Laura ngirim
makan siang, mata Tommy malah jelalatan ke seorang cewek pelanggan bengkel.
Katanya teman sekampus.
“ Iya, dia temanku sekampus Laura…aku Cuma ngobrol biasa,”
Tommy membela diri.
“ Tapi kamu cuekin aku. Bahkan aku sudah memasak buat kamu,
disela waktu istirahatku bahkan aku bawain makanan kesukaan kamu, tapi kamu
malah ngobrol sama dia! “ Laura kesal hampir menangis waktu itu.
Tapi Tommy malah tersenyum seolah tak ada masalah.
Tommy merengkuh pundak Laura.
Deggg!!!
Tiba-tiba Laura tersadar dari lamunan. Dia seperti bangun
dari mimpi, baru menyadarim tak kan ada lagi yang menghiburnya. Tommy telah
pergi.
Kembali Laura mengusap air matanya..
“…So don't go away,
Say what you say
Say that you'll stay
Forever and a day
In the time of my life
'cause I need more time,
Yes, I need more time
Just to make things right..”
Say what you say
Say that you'll stay
Forever and a day
In the time of my life
'cause I need more time,
Yes, I need more time
Just to make things right..”
Bebrapa meter tak jauh darinya terlihat dan terdengar
seorang cowok memainkan gitar menyanyikan lagu Oasis. Itu lagu kesukaan Tommy!
Laura terhenyak! Dia berniat mendekat. Cowok itu tetap
melanjutkan lagu itu..
“…Damn my situation and the games I have to play
With all the things caught in my mind.
Damn my education - I can't find the words to say
With all the things caught in my mind…”
With all the things caught in my mind.
Damn my education - I can't find the words to say
With all the things caught in my mind…”
Kini laura hanya beberapa jengkal cowok berambut yang
gayanya bahkan mirip Noel Gallagher itu. Cowok itu masih belum menyadari
kehadiran Laura. Jari-jarinya masih memainkan gitar…
“…And I wanna be there when you're coming down
And I wanna be there when you hit the ground..”
And I wanna be there when you hit the ground..”
Laura menyambung.
Kini ganti cowok itu yang terhenyak. Sontak dia menghentikan
lagunya…
Kepalanya memutar dan memandang Laura. Suasana Bondi beach sore itu yang romantis, buat Laura mengharu biru. Demi mendengar lagu itu.
“ would like to listen another Oasis’s Songs?” sapanya
ramah.
“ yeah…but..go on, I mean sing for me ‘ Don’t go away..”
“ any memory?”
Laura mendadak sedih.
Disini, ribuan mil jauhnya dari negeri yang pernah memberi kenangan manis bersama Tommy pun masih ada saja hal yang mengingatkannya pada
Tommy.
“ Hello?” cowok itu melambaikan tangannya ke mata Laura.
“ Yeahh..sorry, “ Laura mengusap air matanya.
“ Hidup kadang emang menyebakan..” Tiba-tiba dia berucap
bahasa Indonesia, seolah tahu apa yang dipikirkan Laura.
“ Kamu orang Indonesia?”
“ Emang gue kelihatan bule ya? Atau loe kira gue Noel
Gallagher? “ kelakar itu membuat Laura mampu tersenyum diantara kesediahan
hatinya.
“ Hahahaha…abisnya kamu fasih banget memainkan lagu itu. Aku
jadi inget masa laluku..”
“ O ya saya Mark. Itu nama britishku, aslinya sih
Markun..ahahhaha”
Sejenak Susana cair.
“ Aku Laura, tapi ngomong-ngomong serius nama kamu Markun?”
mereka berjabat tangan.
“ Cicak-cicak di dinding, I’m sorry it’s just kidding..”
Kembali gelak mereka memecah kesunyian Bondai Beach.
“ Aku Noel..”
“ Kali ini kamu serius kan? “ Laura menahan senyum. Dia tak
menjawab, malah mengeluarkan KTP Indo. Bener. Nama lengkapnya Noel Haryanto.
“ Saya Laura..kamu tinggal dimana? “ Laura merapatkan
syalnya.
“ Di Blacktown”
“Serius loe? Jauh banget..”
“ Iya, masak sih gue boong. “ cowok itu mengeluarkan rokok
dari kantong jeansnya yang tampak lusuh. Laura menjauh, menutup hidungnya. Noel
urung merokok, “ Alergi rokok ya? “
“ You asked me the stupid question. “
“ hahahahah ,” Noel tak tampak marah. Laura mengucap dengan
nada becanda.
“ kamu ngapain disini? “ sambung noel mengalihkan topic.
“ lha kamu sendiri ngapain juga? “ Balas Laura.
“ lagi nyepi aja, duduk-duduk, dari tadi cari tukang kopi
keliling yang kayak di Ancol, tapi tak ada. ,” Kelakar Noel membuat Laura
ngakak. Melupakan sejenak rasa duka tentang Tommy.
“ Eh kamu asli Jakarta? “
“ Bukan, aku dari Jawa timur, kota kecil di Jawa timur. Kamu
pasti gak tau. Kapan hari pas aku kangen kotaku, aku coba cari di Google map,
emang ketemu. Tapi pas nyoba mode Street View, gak bisa. Belum ada Street
View-nya. nDeso banget kan. Heheheh”
“ Jadi kamu orang nDeso dongg, “ Laura keterusan becanda,
pas ucap kata nDeso dibuat logat Jawa, tapi malah terdengar lucu.
Tak terasa mereka udah dua jam duduk-duduk selama dua jam,
karena nyaman satu sama lain mereka seakan lupa, bahwa senja telah pergi, kini
berganti malam.
“ Pulang yuk..” Ajak Noel.
“ Pulang? Masih jam segini. Banci aja belum pada jalan. “
“ Ooww..jadi kamu kalau pulang nunggu banci berangkat ya? “
“ Hahaha…masih jam segini, ntar dulu ah. Atau kamu tega
ninggalin aku disini sendiri, kalau di temu orang gimana?” Laura merajuk. Dia seakan
terhipnotis, bahwa dia baru beberapa jam yang lalu kenal Noel.
Gini nih demennya cewek jaman sekarang. Kita basa-basi dikit
aja udah kemana-mana. Sebenernya Noel Cuma tes aja, seberapa nyaman Laura
bareng dia. Kalau dia gak nyaman kan akan langsung ‘ho oh’ aja diajak pulang.
Kok diajak pulang? Kan beda arah, beda rumah pula. Ihh…
Yang bener diajak pisahan. Kok pisahan? Ya iyalah! Kan
mereka tadi bertemu. Lawan kata pertemuan kan perpisahan, tapi hanya sementara.
Toh lain waktu bisa jumpa lagi. Kalau bukan di Bondi beach ya dimana kek. Bisa
di Jalan, bisa di mall, bisa kampus..bisa juga di ho…(Gak jadi ah, ngeres)
Gini,kan mereka sekarang bareng. Bertemu, berkenalan, duduk
bareng, ngobrol ngalor-ngidul, maka sekarang saatnya pulang kerumah masing-masing.
Itu yang bener.
Tapi gimana lagi. Laura belum pengin pulang. Jadi gimana? Ya
terserah mereka dong. Saya kan Cuma penulis disini. Hihihiihhi
Lanjut..
Laura diam-diam melirik Noel.
Yang dilirik malah main hape. Gak tau SMS, BBM, cek
facebook, atau liat film bo…( heyyy! Jangan ngeres).
Lama Laura memandangi Noel. Udah setahun dia gak pernah
nyaman bersama cowok selain mendiang Tommy. Kini ada yang membuat Laura nyaman.
Entah karena suasana, atau kebetulan moodnya lagi bagus, atau apalah…
Yang jelas mumpung Noel gak nyadar, Laura trus aja
memandangi Noel.
“ loe kagak capek ngeliatin gue begitu terus?”
Deggg! Jadi dari tadi itu Noel sebenernya sadar, tapi
pura-pura gak sadar kalau sedang di perhatiin. Kampret! Rutuk Laura dalam hati,
takut Noel mendengar. Tapi, kepalang basah, “ Emang gak boleh gue ngeliat loe?”
“ Yah…capek deh. Yang ngelarang ya siapa. Gue Tanya loe
capek apa kagak. Bukan masalah boleh atau kagak. Gue nih jadi orang gak pelit.
Mau memandangi sampe mata loe belekan juga gue kagak ngelarang kok. Emang gue
sadar, beginilah resiko orang ganteng. “
“ Iihhhh, ge errrrr!” Laura yang gemes mencubit Noel.
“ Auuwww! Sakit tau!? “ Tentu saja Noel Cuma becanda. Walau
sakit sebenernya dia ngerasa ‘enak’ juga kan? Huuuuuuu
“ Eh, kamu jangan pulang ke blacktown kek. Kita main aja
dulu, kemana gitu. Mumpung ketemu sesama orang Indo, “ Laura membuat Noel
melepas focus dari Gadget yang sedari tadi dipegang.
“ Lha terus main kemana? “
“ Cari tongkrongan anak indo yuk. Di Botanical kek, atau
dimana kek. “
“ Ihh..loe kagak bosen liat muka orang Indo yang gitu-gitu
aja?”
“ Gitu-gitu aja gimana? “ kini wajah Laura hanya beberapa
sentimeter dari Noel.
“ Ya gitu, muka-muka pejabat dan politisi. Ngeselinnn!
Hahahahhaah” Noel becanda lagi.
“ ihhhhh! Kamuu!”
Jam Sembilan mereka baru sadar, bahwa terlalu melam berdua
dengan orang yang abru saja di kenal. Sekalipun Laura percaya pada Noel, tapi
etikanya nggak kayak gitu kale…
“ Noel..pulang yuk. Kamu tadi naik apa?”
“ Naik bus lane.” Jawab Noel. Tal ada rasa cemburu kepada
Laura yang kayaknya bawa mobil sendiri, Noel tak tau pasti emang apa Laura
nyetir mobil sendiri atau naik transport umum. Tapi diliat dari tampang Laura
bisa jadi, besar kemungkinan dia nyetir. Nyetir atau naik transport umum
bukanlah masalah besar di Sydney. Transport disini nyaman, aman, bersih. Salah satunya
Buslane. Seperti di Jakarta yang ada Busway atau Transjakarta, di Sydney ada
Buslane. Operasionalnya mirip-mirip busway. Ada jalur khusus. Tapi tanpa
separator. Cukup dengan cat aspal warna merah bertuliskan buslane, serta
diruas tertentu ada zebra cross. Toh gak akan ada yang berani melanggar masuk jalur buslane. Orang Aussie jauh lebih sadar hukum kok, percayalah.
Model Bus-nya dikit beda dengan Jakarta.
Disini bener-bener armada bermutu dan layak, buatan Eropa
yang digunakan. Tentu saja segi keamanan dan kenyamanan yang jadi pertimbangan.
Tak seperti di Jakarta yang menggunakan armada buatan Tiongkok. Kualitas sih
tergantung ya. Bukan tergantung negeri mana yang membuat, tapi tergantung harga.
Dari Tiongkok pun kalau Budgetnya lebih besar, ya tentu saja kita akan apat
barang lebih bermutu. Bukankah begitu?
Tapi itulah Indonesia raya..( Kok kayak orang nyanyi)
Ya iya, maksudnya gitulah sikap mental aparatur negeri
tercinta Indonesia raya. Demi keuntungan pribadi sampai mengorbankan kenyamanan
bahkan keselamatan public dengan menyediakan armada transportasi umum dengan
kualitas yang ( Maaf) abal-abal. Karena selisih harga antara barang yang
berkualitas dengan yang kurang berkualitas bisa di pake beli beras serta untuk
kawin lagi buat pejabat yang punya kewenangan mengadakan armada Transport
tersebut.
Tapi kan nyawa Publik taruhannya? Berkali-kali terjadi
insiden yang kurang enak di dengar, dilihat atau dibaca di media, “ Bus Trans
Jakarta Busway, terbakar, kecelakaan, mogok, dan lain-lain..”
Begitu setiap saat berita di media.
“ Bodooh!” mungkin begitu koar pejabat.
Ahh..sudahlah, lebih baik kita lanjut aja membahas kedua
anak manusia yangs sekarang sedang berduaan di sebuah pantai di negeri antah
barantah.
“ Mau aku antar? “ Laura menawarkan diri.
“ Kan arah kita beda, sa..eh, laura..” Entah kenapa Noel hamper
keceplosan. Hampir saja.
“ Hmmm..” hanya itu yang terucap dari bibir merah tanpa lipstick
milik Laura. Matanya melirik mesra. “ hampir kau..” begitu sorak hati Laura.
Ahh..terlalu dini membayangkan hal yang lebih lagi. Sinar remang
rembulan menerpa muka Laura. Sesekali Laura merapikan rambut legamnya. Tanpa
cat rambut pirang yang sedang menjadi trend. Gak ada. Laura bukan type cewek
yang suka tampil glamour.
Bersambung
Bersambung