Hanya tulisan Retjeh...

Tommy II

Sydney, Here We Are!



Setahun sudah Tommy pergi. Laura belum mampu melupakan bayangan cowoknya itu. Semua hal tentang Tommy masih sering bermain-main dalam benaknya. Tak satupun hilang dari benak cewek berambut sebahu itu.
Tak jarang air matanya mengalir begitu saja mengingat kekasih hatinya. Bukan hanya kebaikannya. Tapi kadang sifat jelek Tommy yang mudah minder dan ngeselin juga muncul secara tiba-tiba. Padahal Laura tak pernah sekalipun mempermasalahkan segala kekurangan Tommy.
“ Aku gak cocok bergaul dengan kalangan ‘ the have’ La. Kamu pergi sajalah ke pesta temenmu itu, sendirian. Aku cukup tau siapa diriku kok..”
Ucap Tommy satu ketika, pas Laura mengajak ke Ulang tahun temannya. Laura jengan mendengar alasan yang itu-itu aja. Tak punya baju pesta, tak bisa mengimbangi obrolan teman-teman Laura yang ‘ Luar negeri’ melulu, atau saling membandingkan Gadget canggih yang tak terbeli oleh Tommy, selalu itu yang jadi alasan Tommy menolak ajakan Laura untuk pergi.
Habis gimana lagi, namanya juga cinta, Laura mau tak mau harus bisa menerima Tommy apa adanya, tanpa ada rasa malu dengan teman-temannya. Cinta itu tulus. Tak melihat segala kekurangan. Cinta itu tulus, tak kenal cemburu, walau kadang Tommy suka ‘nakal’, matanya kadang jelalatan.
“ Biasa aja kale sayyy..namanya juga punya mata. Boleh dong sekedar memandang. Mataku emang kemana-mana, toh hatiku tetap buat kamu..”
Ucap Tommy pas Laura kesal. Habis, capek-capek Laura ngirim makan siang, mata Tommy malah jelalatan ke seorang cewek pelanggan bengkel. Katanya teman sekampus.
“ Iya, dia temanku sekampus Laura…aku Cuma ngobrol biasa,” Tommy membela diri.
“ Tapi kamu cuekin aku. Bahkan aku sudah memasak buat kamu, disela waktu istirahatku bahkan aku bawain makanan kesukaan kamu, tapi kamu malah ngobrol sama dia! “ Laura kesal hampir menangis waktu itu.
Tapi Tommy malah tersenyum seolah tak ada masalah.
Tommy merengkuh pundak Laura.
Deggg!!!
Tiba-tiba Laura tersadar dari lamunan. Dia seperti bangun dari mimpi, baru menyadarim tak kan ada lagi yang menghiburnya. Tommy telah pergi.
Kembali Laura mengusap air matanya..
“…So don't go away,
Say what you say
Say that you'll stay
Forever and a day
In the time of my life
'cause I need more time,
Yes, I need more time
Just to make things right..”
Bebrapa meter tak jauh darinya terlihat dan terdengar seorang cowok memainkan gitar menyanyikan lagu Oasis. Itu lagu kesukaan Tommy!
Laura terhenyak! Dia berniat mendekat. Cowok itu tetap melanjutkan lagu itu..
“…Damn my situation and the games I have to play
With all the things caught in my mind.
Damn my education - I can't find the words to say
With all the things caught in my mind…”
Kini laura hanya beberapa jengkal cowok berambut yang gayanya bahkan mirip Noel Gallagher itu. Cowok itu masih belum menyadari kehadiran Laura. Jari-jarinya masih memainkan gitar…
“…And I wanna be there when you're coming down
And I wanna be there when you hit the ground..”
Laura menyambung.
Kini ganti cowok itu yang terhenyak. Sontak dia menghentikan lagunya…
Kepalanya memutar dan memandang Laura. Suasana Bondi beach sore itu yang romantis, buat Laura mengharu biru. Demi mendengar lagu itu.
“ would like to listen another Oasis’s Songs?” sapanya ramah.
“ yeah…but..go on, I mean sing for me ‘ Don’t go away..”
“ any memory?”
Laura mendadak sedih.
Disini, ribuan mil jauhnya dari negeri yang pernah memberi kenangan manis bersama Tommy pun masih ada saja hal yang mengingatkannya pada Tommy.
“ Hello?” cowok itu melambaikan tangannya ke mata Laura.
“ Yeahh..sorry, “ Laura mengusap air matanya.
“ Hidup kadang emang menyebakan..” Tiba-tiba dia berucap bahasa Indonesia, seolah tahu apa yang dipikirkan Laura.
“ Kamu orang Indonesia?”
“ Emang gue kelihatan bule ya? Atau loe kira gue Noel Gallagher? “ kelakar itu membuat Laura mampu tersenyum diantara kesediahan hatinya.
“ Hahahaha…abisnya kamu fasih banget memainkan lagu itu. Aku jadi inget masa laluku..”
“ O ya saya Mark. Itu nama britishku, aslinya sih Markun..ahahhaha”
Sejenak Susana cair.
“ Aku Laura, tapi ngomong-ngomong serius nama kamu Markun?” mereka berjabat tangan.
“ Cicak-cicak di dinding, I’m sorry it’s just kidding..”
Kembali gelak mereka memecah kesunyian Bondai Beach.
“ Aku Noel..”
“ Kali ini kamu serius kan? “ Laura menahan senyum. Dia tak menjawab, malah mengeluarkan KTP Indo. Bener. Nama lengkapnya Noel Haryanto.
“ Saya Laura..kamu tinggal dimana? “ Laura merapatkan syalnya.
“ Di Blacktown”
“Serius loe? Jauh banget..”
“ Iya, masak sih gue boong. “ cowok itu mengeluarkan rokok dari kantong jeansnya yang tampak lusuh. Laura menjauh, menutup hidungnya. Noel urung merokok, “ Alergi rokok ya? “
“ You asked me the stupid question. “
“ hahahahah ,” Noel tak tampak marah. Laura mengucap dengan nada becanda.
“ kamu ngapain disini? “ sambung noel mengalihkan topic.
“ lha kamu sendiri ngapain juga? “ Balas Laura.
“ lagi nyepi aja, duduk-duduk, dari tadi cari tukang kopi keliling yang kayak di Ancol, tapi tak ada. ,” Kelakar Noel membuat Laura ngakak. Melupakan sejenak rasa duka tentang Tommy.
“ Eh kamu asli Jakarta? “
“ Bukan, aku dari Jawa timur, kota kecil di Jawa timur. Kamu pasti gak tau. Kapan hari pas aku kangen kotaku, aku coba cari di Google map, emang ketemu. Tapi pas nyoba mode Street View, gak bisa. Belum ada Street View-nya. nDeso banget kan. Heheheh”
“ Jadi kamu orang nDeso dongg, “ Laura keterusan becanda, pas ucap kata nDeso dibuat logat Jawa, tapi malah terdengar lucu.
Tak terasa mereka udah dua jam duduk-duduk selama dua jam, karena nyaman satu sama lain mereka seakan lupa, bahwa senja telah pergi, kini berganti malam.
“ Pulang yuk..” Ajak Noel.
“ Pulang? Masih jam segini. Banci aja belum pada jalan. “
“ Ooww..jadi kamu kalau pulang nunggu banci berangkat ya? “
“ Hahaha…masih jam segini, ntar dulu ah. Atau kamu tega ninggalin aku disini sendiri, kalau di temu orang gimana?” Laura merajuk. Dia seakan terhipnotis, bahwa dia baru beberapa jam yang lalu kenal Noel.
Gini nih demennya cewek jaman sekarang. Kita basa-basi dikit aja udah kemana-mana. Sebenernya Noel Cuma tes aja, seberapa nyaman Laura bareng dia. Kalau dia gak nyaman kan akan langsung ‘ho oh’ aja diajak pulang.
Kok diajak pulang? Kan beda arah, beda rumah pula. Ihh…
Yang bener diajak pisahan. Kok pisahan? Ya iyalah! Kan mereka tadi bertemu. Lawan kata pertemuan kan perpisahan, tapi hanya sementara. Toh lain waktu bisa jumpa lagi. Kalau bukan di Bondi beach ya dimana kek. Bisa di Jalan, bisa di mall, bisa kampus..bisa juga di ho…(Gak jadi ah, ngeres)
Gini,kan mereka sekarang bareng. Bertemu, berkenalan, duduk bareng, ngobrol ngalor-ngidul, maka sekarang saatnya pulang kerumah masing-masing. Itu yang bener.
Tapi gimana lagi. Laura belum pengin pulang. Jadi gimana? Ya terserah mereka dong. Saya kan Cuma penulis disini. Hihihiihhi
Lanjut..
Laura diam-diam melirik Noel.
Yang dilirik malah main hape. Gak tau SMS, BBM, cek facebook, atau liat film bo…( heyyy! Jangan ngeres).
Lama Laura memandangi Noel. Udah setahun dia gak pernah nyaman bersama cowok selain mendiang Tommy. Kini ada yang membuat Laura nyaman. Entah karena suasana, atau kebetulan moodnya lagi bagus, atau apalah…
Yang jelas mumpung Noel gak nyadar, Laura trus aja memandangi Noel.
“ loe kagak capek ngeliatin gue begitu terus?”
Deggg! Jadi dari tadi itu Noel sebenernya sadar, tapi pura-pura gak sadar kalau sedang di perhatiin. Kampret! Rutuk Laura dalam hati, takut Noel mendengar. Tapi, kepalang basah, “ Emang gak boleh gue ngeliat loe?”
“ Yah…capek deh. Yang ngelarang ya siapa. Gue Tanya loe capek apa kagak. Bukan masalah boleh atau kagak. Gue nih jadi orang gak pelit. Mau memandangi sampe mata loe belekan juga gue kagak ngelarang kok. Emang gue sadar, beginilah resiko orang ganteng. “
“ Iihhhh, ge errrrr!” Laura yang gemes mencubit Noel.
“ Auuwww! Sakit tau!? “ Tentu saja Noel Cuma becanda. Walau sakit sebenernya dia ngerasa ‘enak’ juga kan? Huuuuuuu
“ Eh, kamu jangan pulang ke blacktown kek. Kita main aja dulu, kemana gitu. Mumpung ketemu sesama orang Indo, “ Laura membuat Noel melepas focus dari Gadget yang sedari tadi dipegang.
“ Lha terus main kemana? “
“ Cari tongkrongan anak indo yuk. Di Botanical kek, atau dimana kek. “
“ Ihh..loe kagak bosen liat muka orang Indo yang gitu-gitu aja?”
“ Gitu-gitu aja gimana? “ kini wajah Laura hanya beberapa sentimeter dari Noel.
“ Ya gitu, muka-muka pejabat dan politisi. Ngeselinnn! Hahahahhaah” Noel becanda lagi.
“ ihhhhh! Kamuu!”
Jam Sembilan mereka baru sadar, bahwa terlalu melam berdua dengan orang yang abru saja di kenal. Sekalipun Laura percaya pada Noel, tapi etikanya nggak kayak gitu kale…
“ Noel..pulang yuk. Kamu tadi naik apa?”
“ Naik bus lane.” Jawab Noel. Tal ada rasa cemburu kepada Laura yang kayaknya bawa mobil sendiri, Noel tak tau pasti emang apa Laura nyetir mobil sendiri atau naik transport umum. Tapi diliat dari tampang Laura bisa jadi, besar kemungkinan dia nyetir. Nyetir atau naik transport umum bukanlah masalah besar di Sydney. Transport disini nyaman, aman, bersih. Salah satunya Buslane. Seperti di Jakarta yang ada Busway atau Transjakarta, di Sydney ada Buslane. Operasionalnya mirip-mirip busway. Ada jalur khusus. Tapi tanpa separator. Cukup dengan cat aspal warna merah bertuliskan buslane, serta diruas tertentu ada zebra cross. Toh gak akan ada yang berani melanggar masuk jalur buslane. Orang Aussie jauh lebih sadar hukum kok, percayalah.
Model Bus-nya dikit beda dengan Jakarta.
Disini bener-bener armada bermutu dan layak, buatan Eropa yang digunakan. Tentu saja segi keamanan dan kenyamanan yang jadi pertimbangan. Tak seperti di Jakarta yang menggunakan armada buatan Tiongkok. Kualitas sih tergantung ya. Bukan tergantung negeri mana yang membuat, tapi tergantung harga. Dari Tiongkok pun kalau Budgetnya lebih besar, ya tentu saja kita akan apat barang lebih bermutu. Bukankah begitu?
Tapi itulah Indonesia raya..( Kok kayak orang nyanyi)
Ya iya, maksudnya gitulah sikap mental aparatur negeri tercinta Indonesia raya. Demi keuntungan pribadi sampai mengorbankan kenyamanan bahkan keselamatan public dengan menyediakan armada transportasi umum dengan kualitas yang ( Maaf) abal-abal. Karena selisih harga antara barang yang berkualitas dengan yang kurang berkualitas bisa di pake beli beras serta untuk kawin lagi buat pejabat yang punya kewenangan mengadakan armada Transport tersebut.
Tapi kan nyawa Publik taruhannya? Berkali-kali terjadi insiden yang kurang enak di dengar, dilihat atau dibaca di media, “ Bus Trans Jakarta Busway, terbakar, kecelakaan, mogok, dan lain-lain..”
Begitu setiap saat berita di media.
“ Bodooh!” mungkin begitu koar pejabat.
Ahh..sudahlah, lebih baik kita lanjut aja membahas kedua anak manusia yangs sekarang sedang berduaan di sebuah pantai di negeri antah barantah.
“ Mau aku antar? “ Laura menawarkan diri.
“ Kan arah kita beda, sa..eh, laura..” Entah kenapa Noel hamper keceplosan. Hampir saja.
“ Hmmm..” hanya itu yang terucap dari bibir merah tanpa lipstick milik Laura. Matanya melirik mesra. “ hampir kau..” begitu sorak hati Laura.
Ahh..terlalu dini membayangkan hal yang lebih lagi. Sinar remang rembulan menerpa muka Laura. Sesekali Laura merapikan rambut legamnya. Tanpa cat rambut pirang yang sedang menjadi trend. Gak ada. Laura bukan type cewek yang suka tampil glamour.


Bersambung
Label:

Post a Comment

[blogger]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget