Episode Yang lalu : Klik disini
Sebulan
sudah Elisa tinggal di Sydney. Dan Yos...iya Yos yang bengal itu, tetap
hidup. Yaelah, ya iyalah...masak ditinggal pacar 'tugas' terus gak
hidup gitu? Ya tetap hidup lah. Apalagi Elisa pergi menuntut ilmu di
negeri orang, bekal hidup di hari tua... Lho, bukannya itu salah satu
lirik lagu jadul? Itu lho, lagu Oma Erni Johan yang judulnya Teluk
Bayur. Udah ahh...pasti kalian generasi muda kagak tau lagu gituan. Itu
jamannya Oma kalian masih muda. Waktu Oma kalian sekolah SMA naik sepeda
Jengki.
Ahh...kok ngelantur. Lanjut ceritanya. Ya, Yos tetap hidup. Sama kayak Elisa, Yos nuntut Ilmu, tapi di negeri sendiri. Bukan di negeri orang. Karena nurut Yos negeri sendiri lebih Adi luhung. Lebih arif ilmu disini. Manusianya juga bakal lebih sopan. Apa iya? Ya mungkin saja. Tapi kepergian Elisa gak segitu ngaruh dalam kegiatan gerombolan si Berat. Gak seberapa ngaruh terhadap kegiatan di SMA Atepen, SMA paling top diseantero kota. Semua masih jalan apa adanya. Bendera merah putih pun masih tetap berkibar diiringi upacara pengibaran di tiap hari senin.
Iyalah, merah putih itu pasti, NKRI harga mati! Itu prinsip gerombolan si Berat. Sebadung apapun mereka tetap cinta negeri ini. Walau banyak yang bilang negeri warisan Kumpeni. Mana ada ituuu...warisan Kumpeni dari mana? Mana ada kumpeni mewariskan negeri ini! Yang ada para pahlawan kita lah yang merebut negeri ini dari penjajahan Kumpeni selama tiga setengah abad dengan darah dan airmata. Itu yang betul. Dan ini Senin keempat Elisa dinegeri seberang. Negeri yang dulu bekas narapidana ditaruh itu. Dan udah empat kali upacara bendera Elisa gak ikutan.
Entah disana apa Elisa ikutan nyanyiin lagu kebangsaan persemakmuran Australia atau nggak. Sebodo ah...yang penting tiap malam mereka masih bisa 'tatap muka' lewat video call. Lebih bebas malah. Kalau Elisa di Indo mana bisa sebebas itu. Paling pol juga jam 9. Kalau nggak Papinya bakal nyap nyap. Pernah satu ketika pas malam minggu Yos selepas Apel, lalu pulangnya lanjut telpon sampai jam dua belas, besoknya dapat teguran keras. " Kalau mau begadang jangan ajak- ajak Elisa! " Gitu semprotnya.
Yos blingsatan. " Ma..maaf om, tapi yang telpon Elisa. Bukan saia. Maklum om, resiko…" Yos ngocol. Melafalkan saya dengan saia.
Sengaja pula menggantung kalimat biar papi Elisa penasaran.
" Resiko orang ganteng, banyak yang ngangenin….hehehe, " Jawab Yos selenge'an.
Papi Elisa tentu saja dongkol. Itulah kalau Elisa di Indo. Serba nggak bebas. Tapi dengan terpisah jarak mereka malah bebas telponan. Hanya saja memang nggak bisa ketemu langsung karena jarak pula. Nurut Yos sih bagusnya bokapnya Elisa yang di Ostrali. Tugas apa kek, sekolah kek atau ngapain kek disana, biar Yos sama Elisa bebas ketemuan. Kayak sekarang, Yos asyik masyuk kayak orang dimabuk asmara. Ketika jarum udah menunjukkan pukul 24.00 WIB, atau pukul 4 .00 pagi waktu Sydney, mereka asyik video call. Ber haha-hihi. Becanda kesana kemari. Mengulang lagi cerita-cerita lucu seperti kayak yang lewati bersama.
" Eh, El..tahu nggak, anak-anak.sekarang tambah sinting!" Cerita Yos. " Anak siapa maksudmu, kamu udah ada anak?" Canda Elisa. " Yaelaaa..itu, para anggota si Berat.." Terang Yos
" Oww…kenapa emangnya?"
" Mereka makin rajin ke WC…"
" Warung cekolah alias kantin? Bagus dongg…berarti kiriman mereka lancar, iya toh. Dan kayak biasa, kamu pasti makin rajin nebeng dong…hihihi"
" Elisa sayangku, manisku. Masalahnya bukan ituuu…mereka lagi incer ponakan ibu pemilik kantin. Anak baru, pindahan dari Jakarta. "
" Cewek apa cowok?" Elisa ngocol.
"Lha, walau teman-temanku pada gila, mereka masih normal lahhh. Ponakan ibu kantin itu cewek..dia pindah kemari karena nantinya mau kuliah disini juga. Jadi penyesuaian terhadap kota ini, gitu.."
" owh…cantik kah? Cantikan mana sama akyuu..?"
" Ya cantik kamu lahhh. Kamu kan nomor satu dihatiku, " Puji Yos dikit ngegombal.
Begitulah, sementara mereka pisah. Selebihnya semua wajar. Yos masuk sekolah kayak biasa. Matahari juga tetap bersinar tiap pagi, kecuali kalau tertutup awan. Dan pagi ini SMA Atepen sedikit heboh.
Front man gerombolan si Berat jadi trending topik. Tulisannya diblog menjadi viral!
Blog yang dulu digadang-gadang pun mencapai rating kunjungan ratusan ribu. Yang menggembirakan, untuk pertama kalinya tulisan itu mendapat penghasilan dari Google Adsense. Begitulah Yos, sosoknya selalu kreatif, tulisannya yang kocak, tajam, serta kritis mendapat tempat tersendiri dihati pembaca. Tak urung dari hari kehari jumlah pembaca blognya selalu bertambah.
Ada aja yang ditulis. Entah itu esai, cerpen, atau kritikan-kritikan lucu dengan tujuan membangun. Gaya menulisnya yang kasual membuat orang tak bosan untuk selalu nunggu update Blognya. Sebenarnya sejak SD Yos udah menulis. Dan pagi ini, pagi yang maha indah. Hari selasa, tanggal muda. Bukan masalah kiriman yang baru sampai. Karena kiriman kan emang pas-pasan. Segitu-gitu aja. Hanya buat makan sebulan plus lebih dikit untuk malam mingguan.
Kemarin Yos barusan mencairkan cek yang diterima dari Google, hasil dari Google Adsense. Para anggota si berat udah wanti-wanti jauh-jauh hari sebelumnya, kalau pencairan adsense pertama mesti habis dipakai makan-makan. Seluruh anggota si berat harus ikut menikmati hasil adsense. Karena dikit atau banyak ada beberapa ide tulisan yang datangnya dari cerita keseharian mereka. Cerita-cerita kayak gini mirip cerita Om Hilman Hariwijaya, pengarang Lupus era sembilan puluhan. Bedanya waktu itu Om Hilman dapat honornya dari majalah Hai yang jumlahnya segitu-gitu aja. Walau oplah majalahnya meningkat drastis. Tapi di masa sekarang besaran pendapatan kita ditentukan oleh jumlah pengunjung blog yang akan mempengaruhi jumlah pengiklan di blog kita. Jadi semakin bagus blog yang kita buat, semakin banyak iklan masuk, semakin gede pendapatan kita. Bisa jadi tanpa batas..
Bersambung