Hanya tulisan Retjeh...

Antara Majapahit, Indonesia, Suriname dan Kafir

Antara Indonesia, Suriname dan Kafir


Saya punya beberapa teman di Suriname. Beberapa orang Jawa, beberapa orang Kulit Hitam, dan beberapa lagi campuran, antara Belanda dan Jawa. Mereka beberapa Muslim, beberapa Kristen, nggak tau ada yang Atheis atau tidak. Ada satu orang Jawa tulen beragama Kristen yang beberapa kali kontak dengan saya. Termasuk ketika datang ke tanah leluhurnya sini dan minta tolong jemput.
Kami sering berbincang banyak hal. Termasuk masalah keanekaragaman suku bangsa.
Mulanya 'Mas Bule' ini mengira bahwa Indonesia tuh Jawa, dan Jawa tuh Indonesia. Karena dari jaman kolonial ketika Nenek Moyang mereka datang pertama kali ke Benua Amerika, Amerika Selatan tepatnya, selalu kemasyhuran Indonesia yang identik dengan Jawa yang mereka dengar. Sejarah tentang kerajaan-kerajaan Jawa seperti Majapahit yang berhasil mempersatukan seluruh Nusantara yang kelak disebut Indonesia yang mereka dengar.
Pokoknya, kata kakeknya, Indonesia tuh Jawaaaa banget. Dan  Majapahit sangat toleran terhadap umat beragama. Gak ada orang di Bully karena menganut agama tertentu. Gak ada pula orang di cap Kafir karena tak memeluk agama tertentu.
Tak pula yang di cap kafir melakukan serangan balik dengan menyebut bahwa kaum agama tertentu itu tukang bikin Onar misalnya. Tak pula ada pembakaran tempat Ibadah hanya masalah kesalahpahaman personal yang dikompori oleh pihak tertentu yang membawa nama agama misalnya. Tak ada pula orang yang memproklamirkan diri bahwa dia tak percaya sesuatu sebelum bisa dibuktikan secara Empiris lalu mengemukakan dalil-dalilnya bahwa alam semesta ini bisa berjalan tanpa Tuhan dan agama nggak penting, omong kosong, dan hanya orang yang nggak punya pengharapan hidup lebih baik, sehingga lebih baik mengharap hidup lebih baik di fase kehidupan kemudian setelah kematian.

Tak ada cerita kayak gitu waktu jaman Majapahit, maupun jaman Kolonial sekalipun.
Lalu saya tanya tentang kehidupan di Paramaribo, kota terbesar di Suriname.
Dia ngakak!
Tentu saja nggak sehebat Jakarta. Nggak ramai kayak Jakarta, nggak segemerlap Jakarta. Tapi yang jelas nggak se-semrawut Jakarta. (Saya hanya bisa diam, menahan nafas, menunggu 'kejutan' selanjutnya.
" Wong kono ora mumet masalah agama, ora mumet perkoro koe due agama opo ora. Kui urusan personal wong. Ora ono wong gawe agama tedeng aling-aling for political needed, mas..."
Terus terang, sebenernya saia pengin ngajak mendengar penuturan bahasa Jawa yang disusupi istilah Inglis ya. Tapi baiklah, itu bahasa ibu dia, bukan bahasa ibu saya. :D
Sampai disini saia membandingkan dengan saudara-saudari disini yang ribuutttt mulu mempermasalahkan agama seseorang. Bahkan dipakai cara untuk pemenangan dalam pemilihan kepala daerah. Dipakai untuk propaganda agar tak memilih calon tertentu karena si calon di cap kafir!
Nah lho...
Padahal si calon orang beragama lho. Padahal si calon percaya adanya Tuhan lho.
Lalu yang Atheis nggak mau kalah, diseranglah itu manusia-manusia yang tadi suka pakai kedok agama untuk kepentingan kelompok dan pribadi. Diolok-olok lah itu manusia-manusia sok suci dengan kalimat yang kadang kurang enak dibaca dan nggak perlu! Saling ejek di media sosial pun tak terelakan.
Saya ceritakan itu secara nyerocos dengan gaya bahasa saia sendiri. Dengan bahasa Jawa, campur inglis ketika mentok pada kalimat bahasa Indo yang si kawan ini ndak ngerti. Dia diam, memegang dagu, sesekali menghirup kopi hitam, dan atau menghisap rokok kretek yang katanya enak luar biasa dan mahal dinegerinya, yang juga bekas negeri warisan para kumpeni.
Pas dengar lelucon tak berhenti ngakak si kawan ini. Bahkan sampain memegang perut ketika saia sebut bahwa ada orang Tionghoa beragama Kristen yang hebat dalam kepemimpinan,tegas berwibawa, tapi malah diserang kesana kemari, dicap kafir, dan dia membuat fatwa haram bagi orang yang memilih.
" Omonge simbok-ku biyen Rojo Mojopahit Siwo toh. Yo koyo Budho ngunu. Opo kui yo dianggep Kafir, Mas...?" Saia bingung.
" Saya tidak pernah mengkafir-kafirkan orang, Mas..." Ucap saia. Kini dia mumet. Ndak mudeng...
" Could you explain in english...?"
" I never mengkafir-kafirkan anynody else, mas..." Lihat! Bahasa saia mangkin ngaco!
Beberapa pengunjung warung kopi yang mahasiswa ngakak. Hahahahhaha...
" kafir opo mas?"
" Heathen massss...bingung aku rekkkk!" Akhirnya kami mumet bareng...
Label:

Post a Comment

[blogger]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget