![]() |
| Suasana warung sate memang sangat sederhana (Dok.Pribadi) |
Sore itu kami
mampir di warung Sate Safuan, di Gerdu Laut, Tuban. Tentu saja saya
kaget, warung ini udah ada sejak saya masih bayi. Inget bener waktu
bapak pulang, terus minta dibelikan gulai Kambing, lalu saya bergegas bawa
rantang. Sayang, malam ini Gulainya habis. Padahal saya udah promosi berbuih-buih tentang
Lezatnya Gulai kambing Tuban. O ya, gulai kambing disini disebut juga
Becek. Tapi nggak apa-apa, sobat saya puas dengan cita rasa Sate yang sudah berdiri sejak tahun 1979
ini.
Dan generasi kedua, anak Pak Safuan, bener2 pegang amanat, buktinya rasa sate tetap sama selama 40tahun. Mas Udin, anak pak Safuan mungkin sudah lupa saya, tapi rasa sate Khas Pak Safuan membawa pada memory masa kecil saya...
Dahulu, pada awal berdiri warung ini tanpa nama. Adanya di terminal truk kota Tuban. Karena kelezatan masakannya, maka nama Safuan mulai dikenal ke sepenjuru kota. Karena Tuban hanya kota kecil.
Sepeninggal Pak Safuan, barulah Warung diberi nama Warung Sate Safuan. Dan warung dikendalikan Sang Istri. Waktu itu Udin masih belum cukup umur, hingga belum mampu mengendalikan usaha. Hebatnya, dari generasi ke generasi, rasa sate kambing dan Gulainya nggak berubah.
Satenya sedari dulu terkenal empuk, dagingnya wangi dan nggak meninggalkan bekas lemak di dinding mulut, bumbunya segar. “ Satenya empuk, nggak bau kambung, terus nggak bikin perut kembung, biasanya perut gue agak gimana gitu sehabis makan sate kambing, “ Komentar seorang Sobat dari Jakarta sehabis saya ajak makan di Warung Sate Safuan.
Dan generasi kedua, anak Pak Safuan, bener2 pegang amanat, buktinya rasa sate tetap sama selama 40tahun. Mas Udin, anak pak Safuan mungkin sudah lupa saya, tapi rasa sate Khas Pak Safuan membawa pada memory masa kecil saya...
Dahulu, pada awal berdiri warung ini tanpa nama. Adanya di terminal truk kota Tuban. Karena kelezatan masakannya, maka nama Safuan mulai dikenal ke sepenjuru kota. Karena Tuban hanya kota kecil.
Sepeninggal Pak Safuan, barulah Warung diberi nama Warung Sate Safuan. Dan warung dikendalikan Sang Istri. Waktu itu Udin masih belum cukup umur, hingga belum mampu mengendalikan usaha. Hebatnya, dari generasi ke generasi, rasa sate kambing dan Gulainya nggak berubah.
Satenya sedari dulu terkenal empuk, dagingnya wangi dan nggak meninggalkan bekas lemak di dinding mulut, bumbunya segar. “ Satenya empuk, nggak bau kambung, terus nggak bikin perut kembung, biasanya perut gue agak gimana gitu sehabis makan sate kambing, “ Komentar seorang Sobat dari Jakarta sehabis saya ajak makan di Warung Sate Safuan.
![]() |
| Daging kambing muda digantung dan dipotong-potong hanya ketika ada pesanan |
" Kami tetap menggunakan Kambing muda sebagai bahan dasar sate dan Gulai, Mas.." Mas Udin menjelaskan ramah. Memang betul, sate kambing yang disajikan adalah kambing muda, hal itu dibuktikan dengan gantungan daging kambing yang ukurannya tak begitu besar. Dan daging yang dibakar pun segar, bukan daging yang disimpan dalam lemari pendingin. Hal ini berpengaruh pada rasa dan aroma. Jadi ketika You mengkonsumsi nggak meninggalkan bau menyengat khas daging kambing. Dagingnya cenderung wangin kayak daging kelinci.
Kami tak menghiting berapa harga perporsi Sate kambing Safuan. Yanng jelas, kami pesan 25 tusuk sate kambing, Nasi 3 piring, air mineral sebotol, dan teh tawar hangat, semua kena harga Rp. 109.000,-. Untuk sate dengan kualitas kayak begitu, harga terbilang normal kok. Buktinya si sobat selalu ketagihan untuk mampir makan lagi di Sate Safuan. Sayang pas mampir untuk kedua kali warung lagi tutup. Karena jam buka adalah jam 15.00 WIB sampai sate habis. Biasnaya sih jam 24.00 masih buka, soalnya letaknya yang strategis dijalur Panturan Tuban. Tepatnya di Jalan RE. Marthadinata No. 1 Tuban, sebelah Kelenteng Kwan SIng Bio, Tuban Jawa timur

