Hanya tulisan Retjeh...

Anjing V: Karen!

Balada Si Blackie


Bagian yang lalu : Klik disini 


 Ya! Tanpa batas...
Semua tergantung dari kreatifitas bloger. Dan bloger itu adalah salah satu penghuni sekolah ini. Orangnya bandel bukan alang kepalang. Tapi gitu-gitu dia udah punya penghasilan lho...

Walau hanya beberapa ratus Dolar Amerika, untuk permulaan bagus lah. Lagian nilai tukar kan lagi bagus. Itulah makanya sekarang anggota si berat lagi 'nyanggong', alias nungguin Yos di kantin. Bernard yang terkenal rakus bolak-balik ngelirik pengunjung kantin yang lagi ngelahap bakso.

Bangku kantin hampir penuh, tapi wajah-wajah ndableg itu cuek aja duduk tanpa memesan secuil makanan pun. Wajah Ibu Kantin udah empet banget ngeliat kelakuan cecunguk-cecunguk itu. Udah gitu mereka pada berisik. Yosep matanya kesana kemari perhatiin sekeliling, barangkali ada Bu Stefany, sang guru bahasa Inggris yang berwajah High Definition. Frans sibuk dengan game baru di handphone Androidnya.

" Heh! Kalian mau makan, minum, atau nongkrong doang?! Disini tempat orang jajan, bukan nongkrong! Kalo mo nongkrong, noh ditaman!" Hardikan keras dan kasar itu membuat mereka blingsatan.

Itu diawalnya.
Tapi selanjutnya mereka berusaha pasan tampang manis, seolah mau pesta dikantin dan borong seluruh menu makanan yang ada disitu. Kalau yang hardik Riyama atau Lany sih sebodoh amat.

 Tapi ini wajah baru. Imut, rambut agak pirang, manis. Tapi tomboy dan galak.
 " Owh, tentu saja kita-kita mau pada jajan. Tapi kami lagi nunggu sobat kami yang akan datang.." Pede banget Bernard kasih alasan.

 " Ya udah, sambil nunggu pesen makanan aja dulu, biar kagak asem tuh mulut, " Desak si cewek yang keponakan pemilik kantin itu.

 " Karen, udah jangan urusin mereka. Percuma, ndak bakal jajan juga!" Ucap Bu Wati, pemilik kantin.

 " Owh, jadi namanya Karen..heheheh, " Frans cengengesan. Sementara Karen berangsur meninggalkan mereka.

 " Bro, jadi kemana si kampret nih? Beneran nggak sih dia dapat duit adsense? " Budi gelisah. Panjang umur, Yos nongol, mereka lega

Tapi Yos cuek, seolah tak melihat para begajul itu. Yos nyelonong kearah Bu Wati, " Bu, bakso satu sama es jeruk. Kasih Tahu dan gorengan juga ya."

" Tumben kamu telat, tuh temanmu udah nunggu dari tadi, " Bu Wati nunjuk gerombolan di meja ujung. Yos kasih isyarat, pura-pura tak tahu.

 " Aet dahhh...dicuekin kita kawan. Pas nyusun blog dan bikin cerita aja kita di mintain ide ini itu, giliran terima adsense kita ditinggal, jajan juga sendiri aja, " Celetuk Yosep.

Sebenernya Yos nggak ingkar janji. Nggak bakalan!
 Karena mereka kawan juga. Dan banyak ide dari mereka juga. Cuma Yos pengin ngerjain mereka dulu.

" Itu teman kamu ya?" Karen yang bicara.

 " Iya...hehehhe, emang kenapa?" Yos cengengesan.

 " Nongkrong mulu, jajan kagak. Pas ditanya banyak alasan pula! Katanya nungguin kamu, " Karen bersungut-sungut. Wajah jelitanya sengit.

" Iya, emang nungguin saya. Nunggu dibayarin maksudnya. Mereka kan kagak gableg. Heheheheh, " Yos cari muka.

 " Kok kamu mau-maunya bayarin sih?"

" Ya kan duit, duit saya sendiri. Mau bayarin siapa kek, terserah saya dong. Bila perlu kamu juga aku traktir...hehheheh, " Yos terus ngocol dan menyerang balik.

" Kok kamu jadi ngebelain mereka? Lagian ngapain kamu bayarin aku? Kalau aku mau, makan gratis! Ini kantin tante ogut!" Karen melengos ninggalin Yos yang tersenyum penuh kemenangan.

 " Woiii...kawan-kawan, makan yukk! Pesen sepuasnya ye.." Yos neriakin brothers-nya. Kontan mereka pesta pora. Nggak jadi ngambek. Mereka mengira Yos lupa. Nggak tahunya cuma becanda

. " Inilah pahlawan kita, ayo, pesta kita, Cuy..." Bernard ngebacot dengan mie masih bergelantungan di sela bibirnya.

hiiyyy! menjijikan...
Sementara mereka berpesta, mereka gak sadar apa yang ada diotak Yos. Sorenya...

" Gile, ogut dipanggil papanya Elisa kerumahnya. Mau diajak ngomong empat mata, " Mata Yos menerawang. Entah kegalauan apalagi yang dialami.

" Mau ngomong masalah apalagi, cuy...?" Frans menimpali.

 " Itulah yang aku pikir. Aku kan udah gak apel lagi ke rumahnya.."

 " Yahh...kamu gak pernah apel karena doi di Aussie. Coba kalau disini? Lagian bokapnya pasti tahulah kalau loe-loe pada masih berhubungan.." Sambil lap motor Frans berasumsi. Matanya nggak ngeliat Yos yang bener-bener galau " Kapan bokap Elisa nyuruh datang?" Sambung Frans.

 " Tadi pagi telpon, sore ini suruh kesana, " Yos beranjak kearah pohon jambu di pelataran kos, memetik sebiji yang udah matang dan memakannya.

" Kenapa loe masih ngejogrok aja?" Mata Frans menelisik sahabatnya.

" Ikutan yuk, ogut jangan sendiri dong kesana. Kali-kali aja Bokap Elisa masih mau memperpanjang masalah Blackie. Kita pertanggung jawabkan bareng-bareng..." Ajak Yos. Sebenernya Yos emang takut kesana sendirian. Takut diinterogasi. Tapi dia pakai alasan Blackie.

 " Ya udah kita kesana, suruh pada kumpul, " Tandas Frans.

 Akhirnya mereka pergi bareng. Sesampainya di rumah Elisa, bokap Elisa udah nunggu diteras rumah sambil kasih makan burung Cucak Rowo. Katanya dibeli lima belas juta sepasang.

Iseng banget kan?
Ngapain coba beli burung semahal itu. Ngasih makan pula. Mandiin, ngerawat, dan tuh burung minta bener-bener diperhatiin. Kurang kerjaan. Bagus juga dibeliin kambing. Hehehheeh.

 " Ahaa! Rupanya kalian anak muda yang gentle. Tapi saya Cuma mau bicara empat mata dengan Yos, " Bokap Elisa naruh semprotan botol yang tadi dipakai nyemprot-nyemprot burung.

" Kalau gitu burungnya masukin kedalam dong, Om.." Yos tetap ngocol ditengah galau hatinya.

" Lha kenapa rupanya burung disuruh masukin?" Bokap Elisa mendelik.

 " Lho, bukannya Om mau bicara empat mata? Sedangkan mata burung itu ada dua per ekor. Jadi ada empat mata lagi. "

 " Orang tua mau ngomong serius malah ngajakin becanda. Kapan kau mau serius? Udah sana suruh teman-teman kau pulang!"

 " Mana bisa begitu, Om! Yos kan teman kami. Kalau nanti ada apa-apa bagaimana?" Yos menimpali.
" Hey, Yosep! Diam kau! Aku nggak ada urusan sama kalian. Lagian teman kau yang begajulan dan sok jagoan ini gak bakal aku apa-apain! Apa? Kau takut dia aku racunin kayak kalian racunin blackie, hah?" Mereka keder juga.

Akhirnya Yos kasih isyarat mereka untuk pergi. Mereka pun pergi...

Lalu, " Kau mau minum apa?" Nada bicara bokap Elisa merendah.

 " Apa aja om, asal bukan kopi sianida aja, " Yos tak berhenti ngocol.

" Masih saja kau ngerjain orang tua ya! Ditanya baik-baik juga!" Pak Pendeta nunjuk Yos pakai telunjuk.

" Teh aja Om.." Ucap Yos akhirnya.

 Papi Elisa masuk, lima menit kemudian keluar membawa baki dan dua cangkir Teh. Hampir saja Yos lupa, mau keluarin rokok. Tangan kanannya siap-siap merogoh kantong, tapi, " Kenapa, kau mau merokok rupanya? Sana pergi dulu! Udah berapa kali dinasihati, jangan merokok. Itu merusak tubuh kau!"

Yos mingkem.

" Kau minum dulu tehnya.." Yos menghirup teh. Matanya menatap takut-takut.

" Terus saya mau diajak ngomong apa Om?"

 " Tentang kamu dan Elisa, " Papi Elisa menghela nafas.

" Kenapa dengan kami Om?"

 " Elisa mau fokus belajar. Sebaiknya jangan kamu ganggu dulu. Hubungan kalian sebaiknya suspend dulu, " Tegas Papi Elisa. Yos sih nggak kaget. Pasti itu yang bakal diucapkan papi Elisa. Tapi yang membuat kaget justru pas pulang.

Yos yang langsung telpon Elisa dan mendapat jawaban ketus dari gadisnya, " Aku sibuk Yos. Sebaiknya kamu nggak usah telpon dulu. "

 " Kamu kok jadi gitu, sayang?" Tenggorokan Yos hampir tersekat. " Emang aku gini. Selama ini kamu aja yang gak tahu sisi lain dari diriku, udah dulu ya..."

 " Tunggu!"

 " Apalagi?"

 " Kamu gak kangen aku?" Suara Yos memelas.

" Nggak lagi, " Klik. Telpon ditutup. Yos terduduk. Wajah bengalnya itu kini sedih dan memelas. Yos nggak tahu harus berbuat apa. Harusnya hari -hari ini dia bahagia. Karena ada satu fase dari apa yang dilakukannya udah membuahkan hasil. Dia udah mendapat penghasilan dari tulisannya di blog. Itu penghasilan pertama diusia belasan tahun. Kalau boleh protes pada keadaan, harusnya Elisa nggak usah pergi ke Aussie dan mereka bisa pergi berdua untuk sekedar makan bareng.

Boro-boro... Ini mah ada kesedihan dibalik suka cita. Yos samber kunci Honda CBR dan cabut entah kemana. Tak tentu arah. Akhirnya motor pun belok ke satu-satunya Starbucks.

 Eh, nggak jadi...Soalnya Bigbos Starbucks kapan ahri berucap, bahwa siapa saja yang mendukung perkawianan tradisional alias perkawinan normal nggak boleh lagi beli Kopi di Starbucks. hehehehhe, ya udah, Excelso juga enak. Lebih enak malah, dengan saajian kopi-kopi Indonesia yang jauh lebih berkelas!

Sekali-kali minum kopi mahal sambil dengar lagu dari iPod. Kapan lagi, udah bisa cari duit sendiri ini. Lupakan dulu patah hati...ucap Yos dalam hati. Yos nongkrong dipojok. Pas duduk tiba-tiba ada pengunjung membawa baki berisi Es kopi yang tangannya menyenggol kepalanya pas lewat dibelakang Yos duduk.

Es Capucino itu pun tumpah! Hampir saja sumpah serapah keluar dari mulut Yos, tapi, " Karen!" Ucap Yos tertahan.

 " Eh, maaf...maaf banget ya. Gak sengaja..." Karen minta maaf. Yos membersihkan kaosnya pakai Tisyu.

 " Kamu nggak apa-apa, hhmmm...siapa nama kamu?" " Yos.." Yos berusaha tersenyum. Matanya tak lepas dari tubuh semampi.di depannya. Rambut pirangnya yang sebahu dikuncir, memakai T-shirt dan celana Jeans. Tampak serasi, dan manis.

Kesan galak yang tadi ditunjukkan waktu dikantin hilang. Wajah itu kini bersahabat. " Sekali lagi maaf ya? Eh, aku pesan lagi aja.." Tubuh langsing itu melesat pesan minuman lagi.

 " Eh, kamu sendirian ya? Boleh aku duduk sini, " Karen muncul lagi. " Hmmm...eh, i..iya, boleh kok!" Kok Yos gugup ya. Kayak kena sihir.

" Lho, mana geng kamu?" Mata bening Karen beredar. " Aku lagi sendirian kok. Bahaya ajak mereka ke tempat kayak gini."

" Kenapa rupanya?" Mata Karen yang bening tampak indah. " Hahaha...bisa tekor tujuh turunan lahh! Tau sendiri kan kami-kami ini anak kos, jarang makan enak. Sekali ada yang traktir makan enak dihantamlah itu!" Tawa Yos riang, sekedar nutupin perih hatinya.

Karen pun menimpali dengan tawa. Tapi tawa Karen lebih lepas. " Tapi tadi siang kamu traktir mereka kan? Kamu lagi ulang tahun ya?"

" Ah...Ultahku udah lewat, bulan Juni. "

" Juni? Serius loe?" Mata Karen membulat makin indah.

 " He eh.." Jawab Yos singkat selepas meneguk kopi.

 " Tanggal berapa?" Karen tampak penasaran.

" Tiga belas. "

" Ah, aku tanggal dua. Pantesan kita nyambung walau baru kenal. Rupanya sama-sama Gemini. Hihihi. " Tawa renyah Karen menyeruak dibalik gundah hati Yos.

Kok nyambung? Dimana nyambungnya? Kan baru kali ini akur. Tapi siang mah hampir ribut kan? Yos membatin. Tapi sudahlah kalau dibilang nyambung. Yang ngomong orang cantik ini. Kalau yang ngomong orang jelek bakal ogut semprot! Heheheh, rasis ahh!

Karen menghirup Capucinno. Sejenak mereka diam. Yos tak tahu harus memulai topik apa lagi. " Eh, kamu pindahan darimana? Ponakan Bu Wati kan?"

 " Aku dari Jakarta. Moga-moga betah disini. Eh, kalau satu saat aku keceplosan ngomong 'loe gue', maafin ya...aku lagi berusaha mengubah kebiasaan berbahasaku nih. "

" Tenang ajaaa...Frans juga dulu pindahan dari Jakarta. Sampai sekarang kalau di kos mah suka 'loe gua' gitu..." Mereka asyik ngobrol kesana kemari. Sejenak Yos lupa Elisa. Lupa pada perlakuan Elisa yang aneh beberapa jam lalu. Yos udah bisa nebak, ending kisah cintanya dengan Elisa bakal kayak gini. Karena Papi Elisa emang nggak pernah setuju dengan kisah cinta mereka. Dan pasti Elisa termakan hasutan papinya.

 Udah pasti itu!
Kalau tidak mana mungkin Elisa bersikap kayak gitu. Lha wong semalam masih video call kayak biasa kok. Sumpah serapah numpuk dalam hati Yos. Antara sedih, kesal, marah! Kenapa sih para orang tua selalu kayak gini. Selalu tidak setuju kalau anaknya dipacari Yos. Ada beberapa mantannya yang putus karena orang tuanya melarang hubungan dengan Yos.

 Apa yang salah pada diriku? Keluh Yos dalam hati. Hanya dalam hati. Sehingga mereka tidak bisa mendengar keluhan bocah badung itu. Bodohhh amatt!

I take my side, my debut right now!
Aku udah punya penghasilan dari adsense dan aman mengembangkan Blog, serta Vlog dan dapat penghasilan bulanan yang semakin lama semakin besar! Dan saya akan senang-senang! Yos terhibur karena debutnya sebagai Blogger membuahkan hasil. Dan sekarang bisa ngopi di Excelso dari dari hasil tulisannya.

Dari karyanya yang dulu selalu ditolak media cetak. " Eh, pertanyaanku belum dijawab lho?" Karen mengingatkan.

 " Huummm...pertanyaan yang mana?" Dahi Yos mengernyit.

" Dalam rangka apa kamu traktir geng kamu tadi siang? Abis ada obyekan ya?"

" Hahahhaha...." Yos mengibaskan tangan. Menghirup kopi lagi, " Aku dapat gaji pertamaku. "

" Lho, kamu sambil kerja part time ya?"

 " Bukan. Aku penulis. Aku nulis di blog. Dan blog aku terdaftar di Google Adsense. Kemarin akumulasi penghasilan dari iklan aku cairkan untuk pertama kalinya. "

" Woww! Cool. You're really cool, my friend!" Mata Karen membeliak excited.

" Ahh...." Yos mengibaskan tangan sambil tertunduk malu. Nih bule lokal makin cantik kalau matanya membeliak. Bening, high definition. Nggak kalah sama Elisa. Bedanya kecantikan Elisa oriental, kalau dia mirip banget sama bule.

Yos terpesona karenanya. " O ya, El..." Yos keceplosan. " El? Who's El?" Karen kaget, " Pacarmu yaa...hehhehe." " Owh...hhmmn, i...hhmm. Nggak...nggak. Sorry salah ngomong, " Gugup muka Yos memerah. Memerah apanya! Kan wajahnya coklat. Hahahaha... Yang benar makin menggelap karena malu.

" I will find out in the school..." Karen tersenyum simpul sambil mengerling.
Bersambung
Label:

Post a Comment

[blogger]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget