Hanya tulisan Retjeh...

Anjing Bagian II : And the show must go on

Balada Si Blackie


Bagian Yang Lalu : Klik Disini

Senin pagi, matahari  menyinari Bumi dengan malu-malu. Hangat sinarnya tertutup awan tipis sisa gerimis semalam. Sementara kabut tipis sudah mulai memudar. Udara kota Apel berangsur hangat.
Senin pagi biasanya akan menjadi 'horor'. Awal pekan setelah liburan sepertinya menjadi hari yang paling menyebalkan yang selalu muncul tiap selang tujuh hari dalam tiga ratus enam puluh lima hari dalam setahun.
Kecuali...pas ada hari besar atau tanggal merah di jari Senin. Maka peran hari senin sebagai 'horor' digantikan oleh hari Selasa. Tapi toh nama Selasa nggak sehoror Senin.
Dan senin ini adalah Senin normal. Karena bukan tanggal merah. Dan Senin ini kayak Senin double horror. Karena malam minggu minggu kemarin sehabis kebaktian remaja ada pula kisah sedih mengandung horor yang menimpa seorang Blackie. Eh, kok seorang sih? Bukannya Blackie Anjing.
Jadi?
Ya seekor Anjing bernama Blackie lah! Nah, itu yang bener...
Dan Senin ini kelompok yang memproklamirkan diri sebagai gerombolan si Berat nggak kayak biasanya
 emang masalah begajulan sih tetep. Petakilan, masih. Tapi raut muka mereka kayak menyimpan sesuatu. Semacam perasaan mencekam gitu. Apalagi ketika ada seorang dara manis nan jelita berjalan agak tergesa memasuki halaman sekolah setelah sebelumnya turun dari BMW X5.
Personil si berat berusaha menghindar dari lorong tempat nongkrong.
" Eit! Pada mau kemana kalian?!" Tangan Yos memegang pergelangan tangan Bernie yang mau cabut.
" Mau ke..ke toilet, bro...duh kebelet nih!" Wajah Bernie dibuat memelas. Budi rupanya punya niatan serupa, tapi langkahnya ditahan. Yosef cengar-cengir. Gak jauh beda. Frans tetap duduk memperhatikan tingkah rekan se-geng-nya.
" Kalau kamu, mau kemana, Bud...? " Tembak Yos.
" Hhmmmm...tadinya sih pengin pipis, tapi sudahlah.." Budi mengibaskan tangannya.
" Saia boleh beli gorengan nggak?" Yosef melafalkan 'saya' dengan 'saia', nurut dia sih itu bahasa kekinian. Tapi nurut orang waras itu bahasa orang sarap. Tapi ya begitulah, makhluk satu itu emang suka sesuatu yang beda dengan orang waras pada umumnya.
Adapun pertanyaannya, tidak digubris oleh Yos. Tapi demi melihat mata Yos, Yosef langsung duduk lagi. Pura-pura main Candy Saga Crush. Bayangkan! Dia kan ngakunya cowok tulen, kenapa main game gituan!
Semerbak wangi Body shop segar menggugah semangat, tapi bagi Yos ce es wangi kosmetik Made In England itu bagai minyak si nyong-nyong yang suka tercium ketika Kuntilanak menampakkan diri. Terasa sangat menakutkan. Suasana mencekam...
Elisa berlalu tanpa menghiraukan gerombolan Si Berat. Yos blingsatan.
" El...tungguuu!!"
Elisa acuh. Yos berusaha mengejar. Kayak di sinetron-sinetron picisan, Yos menghalangi jalan Elisa yang hendak menuju kelas.
Elisa 'pindah jalur' dengan gesit, kayak Honda Jazz yang menghindari truk bermuatan berat yang tiba -tiba menghalangi laju mulusnya.
Yos gak mau kalah. Ikutan 'pindah jalur', mengumpamakan dirinya Lewis Hamilton yang berusaha menghalangi laju Kimi Raikkonen yang hendak mendahului lajunya.
" Sayang...please, kamu kenapa?" Yos pura-pura bego.
" Rack off! " Hardik Elisa menggunakan 'slang' Ostrali, karena Elisa keseringan gaul dengan Bule asal negeri Kanguru di tempat les bahasa Inggrisnya. Yos yang nggak ngerti bingung.
" Rack...rack..rack apaan? Kamu kenapa sih?"
" Minggir!" Tegas Elisa, matanya mendelik. Wajahnya yang putih pualam merona merah.
Yos berhenti tepat didepan Elisa. Mereka berjarak sekian puluh sentimeter.
Saling pandang. Diam…
" Kamu apain si Blackie? " Ucap Elisa menahan marah.
" Hah?! Blackie? Kenapa dengan Blackie?" Yos emang pemain sandiwara ulung. Balik tanya dengan nada tak bersalah dan tak menunjukkan rasa bersalah sama sekali.
Hampir saja Elisa percaya. Tapi tak percaya begitu saja. Elisa menatap mata Yos. Dikit mendelik, karena mata Elisa emang bulat, bening dan memiliki tatapan yang tajam.
Yos blingsatan.
Tapi Yos tetap berusaha tenang.
" Ayolah sayang cerita..."
Elisa tiba-tiba menghambur kedalam ruang kelas karena tak kuasa menahan tangis demi mengenang si Blackie. Yos hanya angkat bahu (pura-pura) tak mengerti.
Yos Featuring si Berat masuk kelas. Wajah-wajah bandit itu berusaha cool. Se-cool-coolnya.
Huuuuuu.....
Sorakan Grace, Olivia, Lannie dan Riyama serentak terdengar.
" Hey hitem! Mingkem kamu!! " Hardik Bernie kearah Riyama.
" Kamu sama pujaan hati jangan gitu. Sukanya kok kamuflase, dalam hati kamu tuh ngebet bingit pengin bercengkerama dengan dia, kan?" Yosep menimpali.
Bernie nyolot lagi, " Kenapa kau rupanya selalu ngeledek! " Pletak!
Kali ini kalimat Bernie diakhiri dengan jitakan ke kepala Yosep yang masih memakai topi. Niatnya sih buat upacara, tapi karena satu dan lain hal, upacara tiada.
" Hei kalian makhluk-makhluk hitem! Jangan pada ribut ya..nanti aku kasih kalian racun sianida kayak si black...." Budi melerai, tapi hampir saja keceplosan menyebut almarhum Blackie. Untung kaki Frans sigap injak kaki Budi.
" Kenapa kau? Tak suka kalau aku sebut kau suka Riyama?! Itu fakta! " Yosep tetap ngeledek Bernie.
Bernie yang geregetan merenggut topi Yosep dan melempar ke depan, topi mendarat bawah white board. Kelas gaduh.
Apalagi dengar-dengar kabar Pak Kuswantoro berhalangan hadir mengisi mata pelajaran PPKN. Tiba-tiba pada barisan kedua dari belakang pada mingkem, suasana rada hening. Makhluk-makhluk jelek itu tetap saling olok.
Sejurus kemudian Yos kasih isyarat supaya tenang. Pas mereka melihat ke depan kelas, Bapak Soewarno, B.A, sang Kepsek terlihat membungkuk mengambil topi dekil milik Yosep. Lalu ditaruhnya dimeja guru.
" Lancang!" Celetuk Nathanael.
Bapak Soewarno, BA mendelik kearah Yosep. Nah inilah anehnya beliau ini. Yang nyeletuk siapa, marahnya ke siapa.
Yosep salah tingkah dibuatnya. Nunduk, celingukan, tengok kanan kiri nggak jelas.
Sementara Bapak Soewarno, B.A masih mendelik, seolah pengin merangkai sebait umpatan atau sumpah serapah  ke bocah yang sudah dianggap musuhnya sendiri itu.
" Yosep Ronald Simanjuntak! Kamu jangan begitu, aku tau kamu! Kamu tahu aku! " Akhirnya kalimat itu yang keluar.
Gerrrrrr!
Tak ada yang bisa menahan tawa.
" Diammmmm!!" Hardik Bapak Soewarno.
Kelas hening. Tapi hanya sejenak, " Sama-sama tahu dong, Pak?" Yos nyeletuk.
Gerrrrr...gerr...gerrrrr...!
Kali ini kelas bener-bener tak terkendali. Bapak Sowarno tak tahan dan meninggalkan 'kelas Internasional'.
Yuhuuuu!!!

Bersambung
Label:

Post a Comment

[blogger]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget